Senin, 09 Juli 2012

Pengendalian Hama Tikus Pada Kebun Kelapa Sawit


Pengendalian Hama Tikus Pada Kebun Kelapa Sawit..

OLEH :
Eli Paska Siahaan, SP
Staf Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata BBP2TP Medan.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan permintaan minyak sawit (CPO) dunia yang terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, diperkirakan bahwa permintaan dunia atas minyak kelapa sawit akan meningkat dari hanya 45 juta ton pada 2010 menjadi 62 juta sampai dengan 64 juta ton pada tahun 2015. Sebagian besar kebutuhan akan terus dipasok oleh industri minyak sawit Indonesia yang terus tumbuh. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas perkebunan mencapai 8,9 juta hektar  atau naik 34 kali lipat dari luas kebun sawit pada tahun 1979. Demikian juga dengan produksinya yang pada tahun 1979 baru sekitar 640 ribu ton, pada tahun 2011 telah mencapai 22,5 Juta ton atau naik 35 kali lipat.
Salah satu permasalahan dalam budidaya kelapa sawit adalah hama dan penyakit tanaman, diantaranya hama tikus. Kerugian akibat serangan tikus antara lain pada:
-  Pembibitan
-  Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
-  Tanaman Menghasilkan (TM)
-  Serangga penyerbuk bunga sawit
Elaedobius camerunicus (Coleoptera)
-  Masuknya patogen sekunder pada luka.
Berdasarkan analisis terhadap isi lambung tikus di perkebunan kelapa sawit didapat bahwa 80% pakan tikus adalah buah sawit, 15% adalah serangga, sedangkan sisanya (5%) adalah pakan lainnya. Kemampuan seekor tikus dalam mengkonsumsi buah sawit adalah 6-14 gr/hari, atau setara dengan kehilangan sebesar 328-962 kg minyak sawit/ha/thn, dengan tingkat populasi tikus 183-537 ekor/ha.
Jenis tikus yang menyerang kelapa sawit antara lain tikus pohon atau tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus-rattus diardii), tikus ladang (Rattus exulans), dan tikus wirok (Bandicota indica).

Gejala Serangan;
a)  Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Foto by Eli Paska Siahaan/LPHV
Gejala serangan pada pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam berupa keratan pada pangkal batang. Serangan lebih lanjut dapat mencapai umbut tanaman. Ini mengakibatkan      pertumbuhan
tanaman tidak sempurna bahkan tanaman dapat mati. Kerusakan pada pelepah dapat mengurangi hingga 20% Tandan Buah Segar (TBS) pada satu tahun pertama.




b)  Tanaman Menghasilkan (TM)
Foto by: Eli Paska Siahaan, SP
Serangan pada bunga jantan mapun betina dapat terjadi apabila populasi tikus cukup tinggi di lapangan. Serangan pada bunga akan mengakibatkan tidak terbentuk-
nya buah sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang relatiif besar

Gejala serangan pada tandan berupa keratan pada Tandan Buah Segar (TBS). Kemampuan seekor tikus dalam mengkonsumsi buah sawit adalah 6-14 gr/hari, atau setara dengan kehilangan sebesar 328-962 kg minyak sawit/ha/thn, dengan tingkat populasi tikus 183-537 ekor/ha.

                                                                                Foto by: Eli Paska Siahaan,SP
Gambar gejala serangan tikus pada kelapa sawit


Metode pengendalian;
Ada beberapa metode pengendalian hama tikus pada tanaman perkebunan yang dapat dilakukan antara lain :
a)     Pengendalian Kultur Teknis
Prinsipnya Ú Membuat lingkungan yang tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi tikus.
Contoh: pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll. Cocok pada tanaman semusim, sangat susah diterapkan pada kebun kelapa sawit.
b)     Sanitasi
Prinsip sanitasi Ú Membersihkan sarang dan tempat persembunyian tikus
Sanitasi kebun dapat dilakukan terhadap:
-  Tumpukan kayu sisa tebangan pohon-pohon tua pada areal bukaan baru atau areal peremajaan.
-  Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan pelepah.
Perlu diperhatikan agar pembersihan ini tidak mengganggu kacangan penutup tanah (KPT).
c)     Fisik-Mekanis
Prinsip pengendalian secara fisik Ú Mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di bawah batas toleransi tikus.
Pengendalian mekanis Ú menggunakan alat, seperti:
-  Perangkap; Livetrap, deadtrap, snaptrap,
-  breakbacktrap, pitfalltrap
-  Penghalang/barrier/proofing
-  Berburu, Blanketing, krompyangan, gropyokan

                                                    Foto by: Eli Paska Siahaan, SP
Beberapa model perangkap tikus :
a) Perangkap majemuk (multiple trap), b) Perangkap tunggal (Single trap),     c) Single trap model Harvard, d) Single trap model Tomhawk, e) Single trap model Sherman, f) Break-back trap, g) Snap trap tipe, h) Perangkap mati (dead trap).

d) Pengendalian biologis (musuh alami)
-  Predator, seperti:
Burung hantu (Tyto alba), kucing (Felis catus), ular sawah (Ptyas koros). Predasi terhadap tikus dapat digambaran sebagai berikut:
·        Aves (10) > Mamalia (4) > Reptilia (1)
Foto by: Eli Paska Siahaan, SP
Predator tikus yang lain seperti anjing (Canis familiaris), Musang (Paradoxurus hermahroditus), dan garangan (Herpestes javanicus).
    -  Patogen, seperti:
Protozoa Sarcocystis singaporensis, bateri Trypanosoma evansi, dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis





e)  Pengendalian Kimiawi
   -  Umpan beracun (rodentisida)
   -  Fumigan (asap beracun)
   -  Atraktan dan repelen
   -  Kemosterilan (bahan pemandul)

 Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian hama tikus antara lain:
a. Aspek Agroekosistem
Beberapa faktor pendukung terhadap keberadaan dan perkembangan populasi tikus, diantaranya :
1. Senantiasa tersedia makanan bagi tikus.
2. Keberadaan lahan kelapa sawit yang berdampingan 
    dengan tanaman padi, palawija, atau tanaman
    pangan lainnya.
3. Adanya sumber air seperti saluran irigasi atau parit
    isolasi yang tergenang air. 
Walaupun populasi tikus belum pada batas yang mengkhawatirkan, tetapi perlu diwaspadai kemungkinan adanya serangan tikus mendadak pada akhir musim panen padi (pada kebun yang berbatasan dengan sawah) sekaligus awal mulai musim hujan. Adapun tikus kemungkinan bisa berasal dari dalam kawasan maupun migrasi dari luar kawasan kebun.
b. Aspek Pengelolaan Hama Tikus
1. Umumnya para praktisi cukup mengetahui masalah tikus dan cara pengendaliannya dengan tingkat pemahaman yang bervariasi.
2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengendalian tikus. Salah satunya adalah ketepatan cara dan waktu penerapan teknik-teknik pengendalian harus disesuaikan dengan pola perilaku kehidupan tikus, situasi dan kondisi pertanaman di lapang.
3. Terasa adanya nuansa kejenuhan, sehingga penerapan pengendalian tikus kurang serius atau hanya mengandalkan salah satu teknik / cara saja yang secara psikologis dapat memberikan kepuasan bathin karena kematian tikus terlihat nyata.
Ada beberapa contoh penerapan PHT tikus yang keliru atau perlu disempurnakan, antara lain :
1. Saat dan lokasi pemasangan umpan beracun
    (rodentisida) yang kurang tepat.
2. Cara peletakkan umpan beracun yang keliru.
3. Jenis umpan beracun yang tidak tepat dan frekuensi
     penggunannya yang berulang.
4. Penanaman makanan alternatif tikus (misal:singkong)
  Keberhasilan pengendalian hama tikus adalah integrasi dari monitoring, perencanaan dan penerapan PHT Tikus secara tepat cara dan tepat waktu. 
Kantor :  
Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata 
Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
            Jl. Asrama No. 124 Medan Helvetia (20126)
Contac person :
            Eli Paska Siahaan, SP (staf LPHV)
            email: elipaskasiahaan@ymail.com.