Pengendalian Hama Tikus Pada Kebun Kelapa Sawit..
OLEH :
Eli Paska Siahaan, SP
Staf Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata BBP2TP Medan.
Perkebunan
kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan
permintaan minyak sawit (CPO) dunia yang terus mengalami peningkatan. Pada
tahun 2015, diperkirakan bahwa permintaan dunia atas minyak kelapa sawit akan
meningkat dari hanya 45 juta ton pada 2010 menjadi 62 juta sampai dengan 64
juta ton pada tahun 2015. Sebagian besar kebutuhan akan terus dipasok oleh
industri minyak sawit Indonesia yang terus tumbuh. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di
dunia dengan luas perkebunan mencapai 8,9 juta hektar atau naik 34 kali
lipat dari luas kebun sawit pada tahun 1979. Demikian juga dengan produksinya
yang pada tahun 1979 baru sekitar 640 ribu ton, pada tahun 2011 telah mencapai
22,5 Juta ton atau naik 35 kali lipat.
Salah
satu permasalahan dalam budidaya kelapa sawit adalah hama dan penyakit tanaman,
diantaranya hama tikus. Kerugian akibat
serangan tikus antara lain pada:
- Pembibitan
-
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
- Tanaman Menghasilkan (TM)
- Serangga penyerbuk bunga sawit
Elaedobius camerunicus (Coleoptera)
- Masuknya patogen sekunder pada luka.
Berdasarkan analisis terhadap isi lambung tikus di
perkebunan kelapa sawit didapat bahwa 80% pakan tikus adalah buah sawit, 15%
adalah serangga, sedangkan sisanya (5%) adalah pakan lainnya. Kemampuan seekor tikus dalam mengkonsumsi buah sawit
adalah 6-14 gr/hari, atau setara dengan kehilangan sebesar 328-962 kg minyak
sawit/ha/thn, dengan tingkat populasi tikus 183-537 ekor/ha.
Jenis
tikus yang menyerang kelapa sawit antara lain tikus pohon atau tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus-rattus diardii), tikus ladang (Rattus exulans), dan tikus wirok (Bandicota indica).
Gejala
Serangan;
a) Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM)
Foto by Eli Paska Siahaan/LPHV |
Gejala serangan pada pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam berupa
keratan pada pangkal batang. Serangan lebih lanjut dapat mencapai umbut
tanaman. Ini mengakibatkan pertumbuhan
tanaman tidak sempurna bahkan tanaman dapat mati. Kerusakan
pada pelepah dapat mengurangi hingga 20% Tandan Buah Segar (TBS) pada satu tahun
pertama.
b)
Tanaman Menghasilkan (TM)
Foto by: Eli Paska Siahaan, SP |
Serangan pada bunga jantan mapun betina dapat terjadi apabila populasi
tikus cukup tinggi di lapangan. Serangan pada bunga akan mengakibatkan tidak terbentuk-
nya buah sehingga dapat mengakibatkan kerugian yang relatiif besar
Gejala serangan pada tandan berupa keratan pada
Tandan Buah Segar (TBS). Kemampuan
seekor tikus dalam mengkonsumsi buah sawit adalah 6-14 gr/hari, atau setara
dengan kehilangan sebesar 328-962 kg minyak sawit/ha/thn, dengan tingkat populasi tikus
183-537 ekor/ha.
Metode pengendalian;
Ada
beberapa metode pengendalian hama tikus pada tanaman perkebunan yang dapat
dilakukan antara lain :
a)
Pengendalian Kultur Teknis
Prinsipnya
Ú Membuat lingkungan yang
tidak mendukung bagi kehidupan dan perkembangan populasi tikus.
Contoh:
pengaturan pola tanam, waktu tanam, jarak tanam, dll. Cocok pada tanaman semusim, sangat susah diterapkan
pada kebun
kelapa sawit.
b)
Sanitasi
Prinsip
sanitasi Ú Membersihkan
sarang dan tempat persembunyian tikus
Sanitasi kebun dapat
dilakukan terhadap:
- Tumpukan kayu sisa tebangan pohon-pohon tua pada areal bukaan baru atau areal peremajaan.
- Gulma di sekitar pertanaman dan tumpukan pelepah.
Perlu diperhatikan agar pembersihan ini tidak
mengganggu kacangan penutup tanah (KPT).
c)
Fisik-Mekanis
Prinsip pengendalian
secara fisik Ú Mengubah faktor lingkungan fisik menjadi di atas atau di
bawah batas toleransi tikus.
Pengendalian mekanis Ú
menggunakan alat, seperti:
- Perangkap; Livetrap,
deadtrap, snaptrap,
- breakbacktrap, pitfalltrap
- Penghalang/barrier/proofing
- Berburu, Blanketing,
krompyangan, gropyokan
Beberapa model perangkap tikus :
a) Perangkap majemuk (multiple trap), b) Perangkap
tunggal (Single trap), c) Single
trap model Harvard, d) Single
trap model Tomhawk, e) Single
trap model Sherman, f) Break-back trap, g) Snap trap tipe, h) Perangkap mati (dead trap).
d)
Pengendalian biologis (musuh alami)
- Predator,
seperti:
Burung
hantu (Tyto alba), kucing (Felis catus), ular sawah (Ptyas koros). Predasi terhadap tikus
dapat digambaran sebagai berikut:
·
Aves
(10) > Mamalia (4) > Reptilia (1)
Foto by: Eli Paska Siahaan, SP |
Predator tikus yang lain seperti
anjing (Canis familiaris), Musang (Paradoxurus hermahroditus), dan garangan (Herpestes
javanicus).
- Patogen, seperti:
Protozoa
Sarcocystis singaporensis, bateri
Trypanosoma evansi, dan
nematoda Nippostrongilus
brassiliensis
e) Pengendalian Kimiawi
- Fumigan (asap beracun)
- Atraktan dan repelen
- Kemosterilan (bahan
pemandul)
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian hama tikus antara lain:
a.
Aspek Agroekosistem
Beberapa
faktor pendukung terhadap keberadaan dan perkembangan populasi tikus,
diantaranya :
1.
Senantiasa tersedia makanan bagi tikus.
2.
Keberadaan lahan kelapa sawit yang berdampingan
dengan tanaman padi, palawija, atau tanaman
pangan lainnya.
3. Adanya sumber air seperti
saluran irigasi atau parit
isolasi yang tergenang air.
Walaupun populasi tikus
belum pada batas yang mengkhawatirkan, tetapi perlu diwaspadai kemungkinan
adanya serangan tikus mendadak pada akhir musim panen padi (pada kebun yang
berbatasan dengan sawah) sekaligus awal mulai musim hujan. Adapun tikus
kemungkinan bisa berasal dari dalam kawasan maupun migrasi dari luar kawasan
kebun.
b.
Aspek Pengelolaan Hama Tikus
1. Umumnya para praktisi cukup mengetahui masalah tikus dan cara
pengendaliannya dengan tingkat pemahaman yang bervariasi.
2. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pengendalian tikus. Salah satunya adalah ketepatan cara dan waktu penerapan
teknik-teknik pengendalian harus disesuaikan dengan pola perilaku kehidupan
tikus, situasi dan kondisi pertanaman di lapang.
3. Terasa adanya nuansa kejenuhan, sehingga penerapan
pengendalian tikus kurang serius atau hanya mengandalkan salah satu teknik /
cara saja yang secara psikologis dapat memberikan kepuasan bathin karena
kematian tikus terlihat nyata.
Ada
beberapa contoh penerapan PHT tikus yang keliru atau perlu disempurnakan, antara
lain :
1. Saat dan lokasi
pemasangan umpan beracun
(rodentisida) yang kurang tepat.
2. Cara peletakkan umpan beracun
yang keliru.
3. Jenis umpan beracun yang
tidak tepat dan frekuensi
penggunannya yang berulang.
4. Penanaman makanan alternatif
tikus (misal:singkong)
Keberhasilan pengendalian hama tikus adalah
integrasi dari monitoring, perencanaan dan penerapan PHT Tikus secara tepat
cara dan tepat waktu.
Kantor :
Laboratorium Pengendalian Hama Vertebrata
Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
Jl. Asrama No. 124 Medan Helvetia (20126)
Contac person :
Eli Paska Siahaan, SP (staf LPHV)
email:
elipaskasiahaan@ymail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar